KSR PMI Unit UNP

KSR PMI Unit UNP

Rabu, 26 Maret 2014

Kiat Mempertahankan Pendapat

TIPS HARI INI  



Dalam berinteraksi dengan rekan sekerja, termasuk klien, kita sering berbeda pendapat. Ini sangat wajar, tidak perlu dihindari. Hanya saja, kita perlu kuasai kiat bagaimana mempertahankan pendapat dengan santun. Supaya tidak terjadi konflik.

Setiap orang punya keunikan. Karakter kita akan memengaruhi cara kita mengemukakan pendapat. Karena itu dalam berinteraksi, ada kalanya kita perlu tahu karakter rekan kerja atau customer kita. Semakin kita peka terhadap lawan bicara kita, semakin kita mudah memengaruhi dan menjalin hubungan dengannya.

MengelolaPerbedaan Menuju Kebersamaan
Perbedaan pendapat selalu ada, namun kebanyakan orang cenderung menganggap remeh hal ini. Lalu berusaha menghilangkannya. Kenapa? Karena enggan berkonflik. Perbedaan pendapat yang tidak dikelola dengan baik rentan menimbulkan konfllik. Maka, dalam se¬tiap diskusi orang lebih senang menyamakan persepsi dengan orang lain. Padahal, bagi seorang profesional, perbedaan pendapat adalah hal biasa. Dari sana, kita justru bisa saling menambah wawasan untuk menemukan sebuah solusi cantik.

Cuma, yang perlu dihindari adalah kita terlalu terobsesi dengan pendapat kita sendiri. Lupa bahwa sebetulnya, kita pun punya kelemahan. Maka, kita butuh orang lain sebagai sparing partner. Sebagai seorang profesional, kita harus berjiwa besar, mau menerima pendapat orang lain. Boleh saja, kita berdebat habis-habisan di dalam ruangan, tetapi ketika ke luar dari ruangan, masalah itu harus ditinggalkan. Sulit? Memang. Tetapi kita tidak boleh larut dalam perasaan dan kemudian menganggap orang yang berbeda pendapat itu sentimen terhadap kita.

Lalu, bagaimana mengelola pendapat supaya tidak menimbulkan konflik? Saat berdebat, fokuslah pada masalah. Jangan menyerempet persoalan pribadi. Karena itu, kita harus memerhatikan cara kita berkomunikasi. Termasuk, penggunaan kata-kata. Jangan sampai menusuk dan menyakiti hati lawan. Semangatnya adalah untuk kebersamaan demi mencari solusi cantik. Bukan mengunggulkan kepandaian pribadi.

Memenangkan Customer Tanpa Merasa Kalah
Dalam bernegosiasi dengan klien, kita sering mengikuti kemauan customer, agar mereka senang. Ya, menyenangkan klien memang salah satu strategi untuk memengaruhi mereka. Namun, me¬menangkan customer bukan berarti kita dalam posisi kalah. Karena sebetulnya, kita bisa menggunakan taktik smooth influence dan cara berkomunikasi. Kita tahu saat yang tepat kapan harus maju atau mundur dalam pembicaraan.

Nah, jika terjadi perbedaan pendapat, bagaimana sebaiknya? Apakah kita cari menangnya atau benarnya? Yang paling tepat adalah kita cari solusi menang-menang. Dua-duanya merasa tidak dirugikan. Kita pun bisa saja menolak pendapat klien. Namun, tentu saja gunakan cara yang santun. Tidak perlu menyakiti hati orang lain. Selain itu, kita juga harus menggunakan data-data yang kuat. Sehingga ada alasan jelas dibalik penolakan itu.

Menyikapi Orang yang Pasif
Dalam rapat dan diskusi, selalu saja ada orang yang bersikap pasif. Maka, ketika dimintai pendapat, ia selalu memilih abstain. Bagaimana menghadapi orang seperti ini? Kita harus berhati-hati. Tipe orang seperti ini biasanya akan ikut ke mana angin bertiup. Jadi, jangan mengharapkan ia menjadi pendukung kita. Jika di forum ada suatu tekanan, dia akan ikut ke sana. Benar atau salah, ia tak peduli.

Beda lagi dengan orang pasif. Ia mungkin punya segudang ide, tapi tidak dapat memaparkannya dengan jelas. Sehingga, ia tidak dapat memengaruhi orang. Tipe ini bisa kita dekati. Tujuannya, untuk meyakinkan dia dengan menjelaskan ide-ide kita segamblang dan selengkap mungkin. Jika ide itu sejalan, bisa jadi ia ikut mendukung kita.

Saling Melengkapi
Perbedaan pendapat memang lumrah. Namun, kita perlu menghargai sikap dan pendapat orang lain. Selain itu, kita harus punya kontrol diri yang kuat. Supaya perbedaan itu tidak menimbulkan konflik. Sebaliknya, sebagai seorang profesional, perbedaan harus dikelola menjadi keanekaragaman yang saling melengkapi. Caranya, dengan melakukan komunikasi dan tutur bahasa yang baik serta niat tulus.

Sumber: Majalah Bahana, September 2008

0 komentar:

Posting Komentar