Oleh : DM Edy Suprayitno, S.Pd
Darah, luka dan nyawa adalah tiga hal yang menjadi
sahabat karib bagi seorang Jean Henry Dunant dan masyarakat Solferino
beberapa abad yang lalu ketika perang antara Austria dan Prancis
Sardenia berkecamuk. Hanya bermodalkan sebuah slogan “ TUTTY FRATELLY “
yang berarti “SEMUA ADALAH BERSAUDARA“ meraka bahu membahu tak kenal
lelah menolong para korban perang tanpa membedakan SARA ( Suku, Ras dan
Agama ).
Kini, perjuangan dan usaha keras yang dilakukan
Jean Henry Dunant telah menjadi semangat kemanusiaan yang teramat besar
di seluruh dunia dengan terbentuknya organisasi sosial kemanusiaan
yaitu PALANG MERAH dan BULAN SABIT MERAH diseluruh pelosok dunia.
Dengan mendasarkan diri pada 7 PRISNSIP DASAR, seluruh gerakan nasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia telah membuktikan
dirinya bahwa Palang Merah ada adalah semata-semata untuk rakyat yang
terkena bencana.
Mencoba tuk memahami dan mengerti lebih dalam makna
dan arti yang terkandung dalam 7 PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH
DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL, tentu kita harus menguraikannya
satu demi satu dan mencoba masuk kedalam maknanya dan merefleksikannya
dengan perjalanan PALANG MERAH khususnya Palang Merah Indonesia saat
ini.
KEMANUSIAAN, bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah Internasional dalam pelaksanaan gerakannya harus senantiasa
memperhatikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal
yaitu menjaga, memberikan, menjamin dan mengembalikan hak-hak asasi
manusia yang sedang tertimpa masalah kemanusiaan.
KESAMAAN, dengan semangat kesamaan tanpa membedakan
suku, agama, warna kulit dan Negara, Jean Henry dunant memberikan
bantuan kepada korban perang baik yang berasal dari warga sipil,
tentara kedua belah pihak. Dengan semangat kesamaan inilah kini gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional menjalankan visi dan
misinya di seluruh dunia.
KENETRALAN, tanpa bermaksud mendukung dan berpihak
dengan salah satu pihak Jean Henry Dunant dan masyarakat Solferino
memberikan bantuan kepada seluruh korban perang Solferino. Kini dengan
semangat kenetralan gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional senantiasa bergerak NETRAL dalam melaksanakan tugasnya
baik dalam keadaan kacau maupun damai.
KEMANDIRIAN, bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah Internasional dalam melaksanakan tugasnya harus berusaha
mandiri dalam membesarkan organisasinya sehingga nilai-nilai kenetralan
dapat dijaga sebaik mungkin.
KESUKARELAAN, sebagai organisasi kemanusiaan
Internasional, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
senantiasa memberikan bantuan dan pertolongan secara sukarela tanpa
mengharapkan pamrih baik dalam keadaan kacau maupun damai.
KESATUAN, dalam menjalankan tugasnya gerakan Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional senantiasa menjaga nilai
Persatuan dan kesatuan dengan membentuk hanya satu organisasi nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah di setiap Negara.
KESEMESTAAN, akhirnya dengan nilai-nilai
Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan dan
Kesatuan, gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
diharapkan mampu meberikan bantuan dan pertolongan yang bersifat
universal dan luas mencakup segala aspek kehidupan manusia.
Kini pertanyaannya, apakah Palang Merah Indonesia
telah benar-benar menerapkan dan mengamalkan 7 PRINSIP DASAR GERAKAN
PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL setelah melewati pahit
getirnya kehidupan di negeri tercinta Indonesia yang kini telah
berusia 68 tahun?. Ketika kita mencoba untuk memahami makna dan roh
dari 7 PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH
INTERNASIONAL tentu pemahaman kita terhadap PMI adalah organisasi
kemanusiaan yang berdiri independent, mandiri dan bebas dari intervensi
dari manapun. PMI ada, semata-semata dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat.
Bagimanakah Kenetralan PMI kini?
Pada saat perang di Solferino berkecamuk, Jean
Henry Dunant dan masyarakat solferino memberikan pertolongan kepada
seluruh korban perang hanya dengan satu semboyan yaitu ” SIAMO TUTTY
FRATELLY ” yang mengandung makna semua adalah saudara. Nah, semangat
inilah yang menjadi dasar nilai-nilai netral yang ada di dalam gerakan
PMI. Dengan semangat semua adalah saudara Jean Henry Dunant dan
masyarakat Solferino memberikan bantuan kepada korban perang tanpa
memihak dengan salah satu pihak yang bertikai. Kini, ketika PMI telah
berusia 63 tahun apakah kenetralan itu masih dapat dipertahankan atau
sudah menjadi bias ketika PMI telah menjadi dan masuk ( atau dimasukan )
kedalam ranah politik.
PMI kini atau sebagian PMI yang ada di Indonesia
suka tidak suka, mau tidak mau dan disadari atau tidak telah menjadi
bagian dari birokrasi pemerintahan, seperti : ada sebagian PMI cabang
yang jelas-jelas secara de-facto telah menjadi bagian dari birokrasi
yaitu dengan memakai seragam pemerintahan kepada seluruh staff PMI.
Pertanyaannya, apakah ini bentuk bantuan pemerintah kota atau kabupaten
kepada PMI?, bukankah bantuan pemerintah sifatnya tidak mengikat dan
apalagi mengintervensi gerakan PMI yang jelas-jelas ada, bukan menjadi
milik golongan, individu atau pemerintah, tapi PMI ada semata-mata oleh
rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Nilai kenetralan PMI semakin
menjadi bias ketika hampir seluruh atau sebagian pengurus yang menjabat
diambil dari birokrat dan pimpinan partai. Tentu kondisi ini akan sangat mudah dapat ditampik oleh para pengurus tersebut dengan mengatakan ” itukan hak kami secara individu sebagai bagian dari birokrasi dan pimpinan partai ” tapi,
apakah mereka tidak menyadari bagaimana pemikiran golongan lain dari
mereka dan rakyat kebanyakan, tentu mereka akan menilai bahwa PMI milik
pemerintah dan golongan tertentu, otomatis hal ini telah membiaskan
makna nilai kenetralan yang diharapkan oleh Jean Henry dunant. Dan
akhirnya, masyarakat kebanyakan akan merasa tidak memiliki hak dan
kepentingan untuk membangun PMI secara bersama-sama.
Sudah Mandirikah PMI kini ?
Berdasarkan 7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional, PMI ( Palang merah Indonesia )
didirikan untuk manjadi Organisasi sosial yang mandiri sebagaimana
tertuang dalam Prinsip dasar di atas. ”bahwa gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional dalam melaksanakan tugasnya harus
berusaha mandiri dalam membesarkan organisasinya sehingga nilai-nilai
kenetralan dapat dijaga sebaik mungkin”. Lalu, dimanakah atau
bagaimanakah PMI saat ini memaknai KEMANDIRIAN ketika semua bantuan
baik pemerintah maupun asing dapat dengan sangat mudah menjauhkan dan
melunturkan serta merta akhirnya melemahkan kekuatan PMI yang sejatinya
berasal dari rakyat? Karena dengan adanya DONATUR baik pemerintah
maupun asing PMI hanya fokus bagaimana mengahabiskan dana yang telah
ada dengan program-program yang semata-mata penguatan fisik PMI (
SATGANA, SIBAD, SARANA-PRASARANA dll ),dan sangat jarang bahkan tidak
ada program yang diperuntukan bagi pemahaman rakyat umum bahwa PMI
adalah milik mereka, bahwa PMI sangat membutuhkan bantuan dan dukungan
dari masyarakat luas. Sesungguhnya merupakan sebuah augrah ketika
pemerintah dan donatur asing mau mendanai semua program PMI, tapi
apakah hal ini tidak akan semakin menjauhkan PMI dengan rakyatnya dan
PMI akan semakin manja dengan bantuan dan bantuan. Bukankah makna
KEMANDIRIAN yang disebutkan dalam 7 Prinsip Dasar diatas adalah bahwa
PMI mampu menghidupi organisasinya secara mandiri yang artinya
senantiasa bahu membahu dengan rakyat guna menghidupi PMI, dengan
pemerintah tanpa ikatan dan intervensi serta tentunya bersama donatur
asing yang murni memberikan bantuan tanpa tedeng aling-aling. Sehingga
ketika akhirnya donatur dan pemerintah sudah tidak lagi memberikan
bantuan, PMI akan tetap berkibar tinggi di lubuk hati rakyatnya sampai
kapanpun
0 komentar:
Posting Komentar