KSR PMI Unit UNP

KSR PMI Unit UNP

Selasa, 18 Maret 2014

Sebuah Refleksi untuk Memahami Nilai-nilai Gerakan PMI

 Oleh : DM Edy Suprayitno, S.Pd

Darah, luka dan nyawa adalah tiga hal yang menjadi sahabat karib bagi seorang Jean Henry Dunant dan masyarakat Solferino beberapa abad yang lalu ketika perang antara Austria dan Prancis Sardenia berkecamuk. Hanya bermodalkan sebuah slogan “ TUTTY FRATELLY “ yang berarti “SEMUA ADALAH BERSAUDARA“ meraka bahu membahu tak kenal lelah menolong para korban perang tanpa membedakan SARA ( Suku, Ras dan Agama ).
 

Kini, perjuangan dan usaha keras yang dilakukan Jean Henry Dunant telah menjadi semangat kemanusiaan yang teramat besar di seluruh dunia dengan terbentuknya organisasi sosial kemanusiaan yaitu PALANG MERAH dan BULAN SABIT MERAH diseluruh pelosok dunia. Dengan mendasarkan diri pada 7 PRISNSIP DASAR, seluruh gerakan nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia telah membuktikan dirinya bahwa Palang Merah ada adalah semata-semata untuk rakyat yang terkena bencana.
Mencoba tuk memahami dan mengerti lebih dalam makna dan arti yang terkandung dalam 7 PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL, tentu kita harus menguraikannya satu demi satu dan mencoba masuk kedalam maknanya dan merefleksikannya dengan perjalanan PALANG MERAH khususnya Palang Merah Indonesia saat ini. 

KEMANUSIAAN, bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dalam pelaksanaan gerakannya harus senantiasa memperhatikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal yaitu menjaga, memberikan, menjamin dan mengembalikan hak-hak asasi manusia yang sedang tertimpa masalah kemanusiaan.

KESAMAAN, dengan semangat kesamaan tanpa membedakan suku, agama, warna kulit dan Negara, Jean Henry dunant memberikan bantuan kepada korban perang baik yang berasal dari warga sipil, tentara kedua belah pihak. Dengan semangat kesamaan inilah kini gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional menjalankan visi dan misinya di seluruh dunia.

KENETRALAN, tanpa bermaksud mendukung dan berpihak dengan salah satu pihak Jean Henry Dunant dan masyarakat Solferino memberikan bantuan kepada seluruh korban perang Solferino. Kini dengan semangat kenetralan gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional senantiasa bergerak NETRAL dalam melaksanakan tugasnya baik dalam keadaan kacau maupun damai.

KEMANDIRIAN, bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dalam melaksanakan tugasnya harus berusaha mandiri dalam membesarkan organisasinya sehingga nilai-nilai kenetralan dapat dijaga sebaik mungkin.

KESUKARELAAN, sebagai organisasi kemanusiaan Internasional, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional senantiasa memberikan bantuan dan pertolongan secara sukarela tanpa mengharapkan pamrih baik dalam keadaan kacau maupun damai. 

KESATUAN, dalam menjalankan tugasnya gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional senantiasa menjaga nilai Persatuan dan kesatuan dengan membentuk hanya satu organisasi nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah di setiap Negara. 

KESEMESTAAN, akhirnya dengan nilai-nilai Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan dan Kesatuan, gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional diharapkan mampu meberikan bantuan dan pertolongan yang bersifat universal dan luas mencakup segala aspek kehidupan manusia.


Kini pertanyaannya, apakah Palang Merah Indonesia telah benar-benar menerapkan dan mengamalkan 7 PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL setelah melewati pahit getirnya kehidupan di negeri tercinta Indonesia yang kini telah berusia 68 tahun?. Ketika kita mencoba untuk memahami makna dan roh dari 7 PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL tentu pemahaman kita terhadap PMI adalah organisasi kemanusiaan yang berdiri independent, mandiri dan bebas dari intervensi dari manapun. PMI ada, semata-semata dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat.
 

Bagimanakah Kenetralan PMI kini?

Pada saat perang di Solferino berkecamuk, Jean Henry Dunant dan masyarakat solferino memberikan pertolongan kepada seluruh korban perang hanya dengan satu semboyan yaitu ” SIAMO TUTTY FRATELLY ” yang mengandung makna semua adalah saudara. Nah, semangat inilah yang menjadi dasar nilai-nilai netral yang ada di dalam gerakan PMI. Dengan semangat semua adalah saudara Jean Henry Dunant dan masyarakat Solferino memberikan bantuan kepada korban perang tanpa memihak dengan salah satu pihak yang bertikai. Kini, ketika PMI telah berusia 63 tahun apakah kenetralan itu masih dapat dipertahankan atau sudah menjadi bias ketika PMI telah menjadi dan masuk ( atau dimasukan ) kedalam ranah politik.

PMI kini atau sebagian PMI yang ada di Indonesia suka tidak suka, mau tidak mau dan disadari atau tidak telah menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan, seperti : ada sebagian PMI cabang yang jelas-jelas secara de-facto telah menjadi bagian dari birokrasi yaitu dengan memakai seragam pemerintahan kepada seluruh staff PMI. Pertanyaannya, apakah ini bentuk bantuan pemerintah kota atau kabupaten kepada PMI?, bukankah bantuan pemerintah sifatnya tidak mengikat dan apalagi mengintervensi gerakan PMI yang jelas-jelas ada, bukan menjadi milik golongan, individu atau pemerintah, tapi PMI ada semata-mata oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Nilai kenetralan PMI semakin menjadi bias ketika hampir seluruh atau sebagian pengurus yang menjabat diambil dari birokrat dan pimpinan partai. Tentu kondisi ini akan sangat mudah dapat ditampik oleh para pengurus tersebut dengan mengatakan ” itukan hak kami secara individu sebagai bagian dari birokrasi dan pimpinan partai ” tapi, apakah mereka tidak menyadari bagaimana pemikiran golongan lain dari mereka dan rakyat kebanyakan, tentu mereka akan menilai bahwa PMI milik pemerintah dan golongan tertentu, otomatis hal ini telah membiaskan makna nilai kenetralan yang diharapkan oleh Jean Henry dunant. Dan akhirnya, masyarakat kebanyakan akan merasa tidak memiliki hak dan kepentingan untuk membangun PMI secara bersama-sama. 


Sudah Mandirikah PMI kini ?

Berdasarkan 7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, PMI ( Palang merah Indonesia ) didirikan untuk manjadi Organisasi sosial yang mandiri sebagaimana tertuang dalam Prinsip dasar di atas. ”bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dalam melaksanakan tugasnya harus berusaha mandiri dalam membesarkan organisasinya sehingga nilai-nilai kenetralan dapat dijaga sebaik mungkin”. Lalu, dimanakah atau bagaimanakah PMI saat ini memaknai KEMANDIRIAN ketika semua bantuan baik pemerintah maupun asing dapat dengan sangat mudah menjauhkan dan melunturkan serta merta akhirnya melemahkan kekuatan PMI yang sejatinya berasal dari rakyat? Karena dengan adanya DONATUR baik pemerintah maupun asing PMI hanya fokus bagaimana mengahabiskan dana yang telah ada dengan program-program yang semata-mata penguatan fisik PMI ( SATGANA, SIBAD, SARANA-PRASARANA dll ),dan sangat jarang bahkan tidak ada program yang diperuntukan bagi pemahaman rakyat umum bahwa PMI adalah milik mereka, bahwa PMI sangat membutuhkan bantuan dan dukungan dari masyarakat luas. Sesungguhnya merupakan sebuah augrah ketika pemerintah dan donatur asing mau mendanai semua program PMI, tapi apakah hal ini tidak akan semakin menjauhkan PMI dengan rakyatnya dan PMI akan semakin manja dengan bantuan dan bantuan. Bukankah makna KEMANDIRIAN yang disebutkan dalam 7 Prinsip Dasar diatas adalah bahwa PMI mampu menghidupi organisasinya secara mandiri yang artinya senantiasa bahu membahu dengan rakyat guna menghidupi PMI, dengan pemerintah tanpa ikatan dan intervensi serta tentunya bersama donatur asing yang murni memberikan bantuan tanpa tedeng aling-aling. Sehingga ketika akhirnya donatur dan pemerintah sudah tidak lagi memberikan bantuan, PMI akan tetap berkibar tinggi di lubuk hati rakyatnya sampai kapanpun

0 komentar:

Posting Komentar